.

Welcome to Ayrie's Blog *Goresan Cinta Ayrie*

27 Maret 2014

Do'a ku.... Harapanku...



















Jodoh Dunia Akhirat by Kang Abay

Kumerayu Pada Allah yang tahu isi hatiku
dimalam hening aku selalu mengadu
Tunjukan Padaku…
Kuaktifkan radarku mencari sosok yang dinanti
Kuikhlaskan Pengharapanku dihati
Siapa Dirimu…
Dalam kesabaran kumelangkah menjemputmu
Cinta dalam hati akan aku jaga hingga
Allah persatukan kita….
Reff :
Jodoh Dunia Akhirat
Namamu Rahasia
Tapi kau ada dimasa depanku
Kusebut dalam doa
Kuikhlaskan rinduku
Kita bersama melangkah ke Surga, Abadi…
“Bukan Cinta yang memilihmu, Tapi Allah yang memilihmu ^Untuk kucintai^”
Ya Allah, ya Tuhanku, pasrahkanlah aku dengan takdir-Mu. Sesungguhnya, apa yang telah Engkau takdirkan adalah yang terbaik untukku. Karena, Engkau Maha Mengetahui segala yang terbaik untuk hamba-Mu ini.

18 Maret 2014

skripsi oh skripsi





Subhanallah... ada apa sih dengan hari ini....


nyebeliiiiinnnnn super nyebelin... bikin hati kacau se kacau kacaunya kacau... 
*tariknafaspanjang Astagfirullahaladzim.. (T_T)
begini banget ya rasanya.. udah berusaha maksimal, tapi malah dibatalin gitu aja... :(
hari minggu dibelain ngambil data biar hari rabu ini bisa bimbingan BAB 4 padahal kondisi lagi ga fit banget sampe berasa mau pingsan dijalan, dikuat kuatin buat lanjut ke cawang lagi biar ngerti sama isi skripsinya belajar sama kisti, Alhamdulillah ada sedikit pencerahaan... 

karena kerjaan lagi banyak akhirnya baru bisa lanjutin hari selasa, setiap ada waktu luang yang dibuka cuma skripsi biar bisa kekejar buat hari ini, pulang kerja walaupun mati listrik dibela - belain depan lilin buat ngerjain, sampe akhirnya habis juga batre laptop... akhirnya karena badan juga udah ga fit sambil nunggu listrik nyala disuruh ke dokter sama bapak, kata dokter "mba ini badan nya minta istirahat dulu, saya buatin surat buat ke kantor ya 3 hari bedrest dulu dirumah.. jangan kecapean kalau ga mau di rawat.."   Masya Allah, udah dzolim bgt sama badan sampe ga ngeh kalau udah drop, tapi cuma bisa bilang dalam hati maaf ya dok, masih banyak urusan yang belum selesai..  pukul 11 an lampu akhirnya nyala dengan semangat langsung buka skripsi lagi, walaupun badan sudah minta istirahat, pingin nangis, pingin teriak tapi buat apa... ga bakalan bikin skripsi selesai.. ya Allah Engkau maha mengetahui..
akhirnya selesai juga pukul 3 pagi.. gak apa - apa lah lumayan bisa tidur sampai jam 5 yang penting udah tenang karena udah selesai walaupun ga tau bakal ada revisi banyak atau ga.. khusnuzhon aja.. 

biarpun ga fresh hari ini tetep aja harus bertugas, berangkat pagi buat rapat dari sekolah.. alhamdulillah rapat selesai pukul 10 langsung telp heru minta jemput buat anterin sampai terminal.. karena hati agak gak tenang telp bapaknya (Dospem).. 
dw : maaf, pak hari ini saya bisa bimbingan kan ya pak, kemarin kata bapak jam 1 di kampus? 
DP : saya hari ini ga bisa maaf ya, saya ada meeting dadakan.. ini aja mahasiswa saya mau tinggalin dulu.. 
dw : oh, kira-kira kpn bisa bimbingan lagi pak minggu atau sabtu pak?
DP : rabu depan, sabtu minggu saya ke luar kota..

deuh.. rasanya itu sedih, kesel, pengen marah, lemes.. nano-nano aja kalah kayaknya ! *tarik nafas panjaaaaaaaaaaaaaaaangggggggggggg ;(
cuma bisa diem sambil ngerasain detak jantung yang kenceng sekenceng kencengnya.. Astagfirullah inget si heru ngebela-belain jemput padahal lagi ada kegiatan kampus.. jadi makin ngerasa bersalah.. nyuruh dia balik lagi ga tega banget ;( dan pasti ngambek berat dah 

sia-sia bangetttt diperjuangin malah dikecewain.. 

NB : 
teruntuk anak-anak BFF mohon maaf saya sudah berusaha agar bisa seperti kalian sidang dibulan ini, tapi sepertinya saya tidak mampu.. banyak faktor yang menghambat.. selamat dan sukses buat kalian.. dan tolong tidak usah membuat hati saya semakin bimbang, sudah saya putuskan tidak akan wisuda bulan april ini. terima kasih untuk semangatnya selama ini.. jujur saja saya pun sebenarnya ingin sekali bisa wisuda bersama kalian. tapi terlalu banyak faktor yang menghambat skripsi ini.. 
*pengen nangis sekenceng-kencengnya

Allah huu Rabbi :(






10 Maret 2014

----------------------------------------

Salahkah jika di salah satu jejaring sosial memuat foto- foto pribadi kita? 
saya sangat miris dan sedih kenapa orang itu bisa senekat itu.. jujur saja saya malu :( banyak yang bertanya soal foto dan akun tersebut sampai rasanya cape dan pengen marah... 
ya Allah... niat saya memasang foto-foto itu hanya karena saya ingin jika suatu saat nanti, saya tak ada lagi di dunia ini, saya ingin mereka (sahabat-sahabat) tidak melupakan saya.. saya ingin akun itu menjadi kenangan indah mereka bersama saya.. tidak lebih... tapi mungkin semua ini salah :(

aaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhh... rasanya pingin sekali marah sama orang itu.. yang secara tidak langsung mempermalukan sayaaaaaaaa ;(

saya benci orang ituuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!!!!!!!!
saya benciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii 

5 Maret 2014

Terima Kasih & Maaf ku untukmu..




Aku, kupikir sudah cukup dewasa. Dan aku, Jatuh cinta. Ya, aku jatuh cinta. Aku tidak pernah tahu apa itu jatuh cinta, tapi kali ini aku berani bilang aku jatuh cinta. Kalau bukan cinta, harus disebut apa rasa yang membuatku tiba-tiba menjadi sangat puitis. Kalau bukan cinta, rasa apa yang membuatku tiba-tiba melampiaskan emosi yang menderu-deru dalam jiwa ke dalam tulisan. 
2 buah tulisan yang kubuat pada zaman yang berbeda. Yang pertama, saat aku jatuh cinta. Yang kedua, saat aku sadar bahwa cinta ini harus dilupakan.

Ini yang pertama…
Raut itu… Senyum itu… Tatapan itu…
Rasa ini terlalu sulit didefinisikan. Atau mungkin rasa ini memang dicipta tanpa definisi. Hanya bisa dirasa. Penaka embun yang menetes di tengah gurun, entah mengapa tawa itu begitu menyegarkan. Membangkitkan gelora jiwa untuk terus menjalani hidup dengan gairah.
Sesosok wanita innosence yang penuh tanda tanya. Penuh misteri keluguan. Dia hidup dengan caranya, dia mencintai dengan caranya, seperti wanita-wanita lainnya. Tidak begitu pintar, tidak juga begitu jelita. Biasa saja. Tidak banyak bicara, tidak banyak tingkahnya, lagi-lagi biasa saja. Tapi entah mengapa ia begitu mempesona, membuat relung hati terus bergetar. Aura ketulusannya memancar menembus serat-serat jiwa.
Dialah wanita yang telah melipatgandakan energiku. Dialah wanita yang dengan tingkah lugunya selalu menghiburku. Menjauhkanku dari rasa jenuh. Menghindarkanku dari rasa bosan. Selalu ada semangat yang terbentuk dalam lingkaran aku dan dia. Cinta ini konstruktif. Tidak ada pujian-pujian, hanya cerita yang kadang beriring canda. Tidak ada janji-janji, hanya pancaran semangat. Ya, dengan segala subjektifitas diri ini aku merasakan: Cinta ini konstruktif.
Dia kuncup bunga, dan aku ingin menjadi sinar matahari yang membuatnya mekar. Dia taman gersang, dan aku ingin menjadi hujan yang menghijaukannya. Terlalu melankolis untuk diibaratkan sebagai laut dengan pantai. Api dengan panas. Atau salju dengan dingin. Terlalu khayal untuk diibaratkan seperti raja dan ratu. Pangeran dan Tuan Putri. Atau Romeo dan Juliet. Cinta ini tidak serumit itu. Sederhana saja.
Allah telah menciptakan cinta jiwa. Aku ingin merawat ciptaan Allah ini, dalam setiap do’a-do’aku.  Yang aku rasakan sederhana. Aku bahagia saat dia tersenyum. Aku merasa dewasa saat berada di dekatnya. Aku merasa bisa membuatnya bahagia. Kalaulah memang cinta ini tidak berujung di pelaminan, bantu aku melupakan cinta ini. Tapi kalaulah Engkau telah menakdirkan cinta ini berujud dalam ikatan yang Engkau ridho’i, tenggelamkan dia dalam lautan cintaku.
Lihatlah, itu surat cintaku yang pertama. Surat cinta yang tak tersampaikan. Tapi rasanya lebih baik untuk disampaikan. Aku selalu menatapmu dari sudut sini, sudut di mana kau tahu aku sedang memerhatikanmu, tapi pura-pura tidak tahu. Dan selalu menyuguhkan senyum yang ringan saat bertemu, senyum yang memberikan isyarat: kamu sangat menarik, menyenangkan, maukah kamu selalu ada bersamaku. Aku yakin kau menangkap isyarat itu.
******
Berhari-hari rasa itu terus tumbuh dan bergejolak, dan menjadi biasa. Biasa bukan karena begitu saja, tapi karena aku membuatnya menjadi biasa. Karena memang ada satu proses legal sakral yang dilalui untuk mengekspresikan apa yang kusebut cinta itu. Proses legal yang untuk sekarang belum bisa aku jalani. Proses legal yang tidak terlalu rumit tapi memenuhi pikiran. Dari rahim ketidakberdayaan itulah lahir tulisan cintaku yang kedua, dan ini, surat cinta untuk diriku sendiri.
Hati itu nampaknya terlalu dalam untuk diselami. Sepertinya segala daya dan upaya yang telah dipersiapkan untuk misi membongkar misteri keluguan itu harus dihentikan di sini. Terlalu ambisius mempertahankan cinta jiwa yang tak jelas muaranya. Yang ada sekarang hanya rasa ingin tahu yang harus dikubur oleh realitas ketidakpastian. Semua tiba-tiba sirna, atau kalaupun masih ada, anggap saja itu sudah sirna. Itu resiko, resiko cinta jiwa. Karena jiwa tak selalu bertemu dengan jiwa. Kadang ia harus berbenturan dengan kenyataan hidup yang dalam subjektivitas pecinta itu begitu tidak adil dan menyakitkan. Kadang dia juga sengaja dipertemukan dengan bentuk lain, akhirnya cinta tidak dapat menyatu.
Cinta sudah membara, obsesi sudah menggelora, tapi takdir tidak mampir di sini. Ia terlalu sombong. Realitas ini begitu sadis, bahkan gairah kehidupan seperti dikungkung oleh kekejaman takdir. Tidak ada lagi senyum terlempar, kini diri ini seperti perahu tanpa layar. Termangu di tengah laut lepas. Tidak tahu arah, kalaupun tahu, tidak tahu bagaimana mengikuti arah itu. Serat-serat jiwa kembali mengerut, seluruh katup-katup hati tertutup. Cinta selalu berakhir dengan derita, kata Jenderal Tien Feng.
Itulah yang dirasa, kalau kita terlalu serius memaknai cinta jiwa. Karena cinta jiwa terlalu instan, tidak dibangun dengan fondasi yang kokoh. Karena kadang cinta jiwa hanya dibangun di atas obsesi kebanggaan, atau mungkin penetrasi kegelisahan. Sebab itu Anis Matta mengajak kita melupakan cinta jiwa yang tidak berujung di pelaminan. Itu terlalu menyakitkan. Karena hanya di pelaminan lah, cinta jiwa dan realitas kehidupan dengan mesra diparadekan. Pelaminan adalah panggung di mana gejolak bisa dilampiaskan ke dalam bentuk tindakan. Karena cinta jiwa harus diikuti oleh sentuhan fisik.
Kita harus jujur menilai keadaan. Cinta memang terlalu sulit didefinisikan, oleh karena itu ia kadang hanya berujung pada gerak bibir “aku mencintaimu”. Tapi cinta bukan soal kata, ini lebih kepada sebuah gelora. Cinta seharusnya bisa mengantarkan kita pada produktifitas, karena itu, kalau cinta justru membuat kita menjadi tidak produktif, lupakanlah. Cinta selayaknya mendekatkan kita dengan Sang Pencipta, karena itu, kalau cinta justru membuat kita lupa, lupakanlah. Dan cinta seharusnya berakhir pada eksekusi memberi, memberi apapun demi menjaga kesinambungan cinta. Karena cinta jiwa yang sesungguhnya harus terus kita jaga.
Cinta memang seharusnya konstruktif dan sederhana. Ia tidak butuh sentuhan majas hiperbola, apalagi personifikasi, seolah cinta begitu menghanyutkan. “Kalau jatuh cinta itu buta, berdua kita akan tersesat,” kata Efek Rumah Kaca dalam salah satu lirik lagunya.
Masa muda, masa penuh dengan gejolak produktivitas. Tapi cinta kadang membuat kita fokus pada syair-syair, pujian-pujian, gombalan-gombalan, yang membuat kita lupa bahwa kita punya tugas sejarah dan punya beban masa depan. Masa muda, masa pelejitan potensi. Tapi cinta kadang membuat kita terkungkung dalam dunia merah muda yang begitu kelam yang membuat potensi kejayaan makin terpendam.
Cinta Jiwa yang tidak konstruktif, musnahkanlah.
Cinta Jiwa yang tidak berujung di pelaminan, lupakanlah.
Aku sedang dalam proses, bukan proses legal yang sedari tadi aku bicarakan, tapi justru dalam proses melupakan. Aku berusaha cuek saat bertemu denganmu.  Aku ingin, ‘aku yang mencintaimu’ dan ‘kamu yang belum tentu mencintaiku’ tidak banyak berinteraksi, karena itu mengganggu “proses melupakan” yang sedang aku jalani. Proses yang menyakitkan. Seperti mengorek luka basah dengan kapas bergaram.
Proses itu sekarang yang membuatku menghindari keramaian. Karena aku takut dalam keramaian itu ada dirimu. Aku menjauh dari keramaian karena aku takut orang-orang di dalam keramaian sana ada yang menyebut namamu. Aku bahkan takut membuka facebook karena khawatir melihat lagi wajahmu. Wajah yang sedang aku coba lupakan. tapi kamu perlu tahu tentang jeritan luka ini. saat ini!

*Terima kasih untuk seseorang yang mengirimkan tulisan ini melalui pesan facebook.. maaf karena tanpa aku sadari aku pernah menjadi fitnah dunia untukmu...