Kamu bukan rindu,
kamu hanyalah rasa yang membonceng
kala gerimis datang mengganggu
Kamu bukan rindu,
kamu hanyalah racun yang
menyamar menjadi madu
dan meluluhlantakkan air
mata yang mengalir sendu
Kamu bukan rindu,
kamu hanyalah sisa wangi yang
terlalu betah menempel di sini.
Yang tak hilang walau aku cuci
berulang kali
Kamu bukan rindu,
kamu itu candu kejam yang
menghujam.
Mendefinisikan rasa perih
serasa dirajam
Kamu bukan rindu,
kamu adalah gelisah yang telah
membuat bantalku basah.
Dibanjiri air mata yang tak
kunjung mereda
Kamu bukan rindu,
kamu hanyalah secangkir jarak
dan sesendok waktu
yang ditakdirkan untuk diseduh
sebuah rasa bernama cinta
Kamu bukan rindu,
kamu adalah angan-angan yang
yang berevolusi menjadi mimpi
yang menyisakan sesak di dada
kala aku membuka mata
Kamu bukan rindu,
kamu hanyalah sebentuk kata
yang selalu sulit untuk aku ucapkan,
hanya bisa aku rasa untuk aku
pendam dan aku simpan
Kamu bukan rindu,
kamu residu rasa yang
bergejolak,
sampah batin yang terus
menumpuk di dada
tanpa tahu harus dibuang ke
mana
Kamu bukan rindu,
kamu adalah sebuah pembelaan
seorang manusia angkuh
yang ingin menepiskan bahwa
kamu memang ada dan berkuasa
Kamu bukan rindu,
kamu hanya sebentuk rasa
munafikku
yang berusaha terus tegar dan
jeritan hati yang terus berkoar lapar
Kamu bukan rindu,
kamulah bohong yang terus
meraung.
Dan membuat semesta terus
tertawa.
Ya, aku terduduk. Memang
kamulah rindu
Taken from: Mencintai Tak Bisa
Menunggu - Brili Agung Zaky Pradika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar