.

Welcome to Ayrie's Blog *Goresan Cinta Ayrie*

19 Oktober 2011

bidadari di ujung senja

Ingin rasanya ku tumpahkan segala kegundahan ini di pangkuanmu, meneteskan air mata kegalauan yang membasahi mukenamu, aku ingin seperti mereka yang saat mereka pergi jauh mereka merasa jenuh atas perhatian yang berlebih, saat mereka berbuat salah nasehat selalu mengapusnya. Aku tahu, mungkin saat ini kau ingin sekali memeluku, megecup kening ku dengan kasihmu yang begitu tulus, serta menghapus air mata kerinduanku. Akupun begitu.
Saat ku terdiam dalam lamunan, tahukah kau wajahmu begitu anggun memenuhi khayalku, senyummu meneduhkan relung hatiku, saat kau teramat cantik untuk ku sentuh. Kau tiba – tiba menghilang. Seakan kau tak ingin bertemu dan melihatku. Saat itu aku merasa kau terlalu jahat atas rasa kerinduanku ini.
Seperti sketsa film yang tak pernah ingin ku lihat, kau begitu lemah dengan begitu banyak selang infuse ditubuhmu, sepertinya letih telah hinggap saat ku tatap raut wajahmu. Seperti teriris pisau yang begitu tajam hatiku saat itu. Sesungguhnya, akupun tak setegar apa yang kau lihat aku hanya berusaha membendung air mata yang tak mungkin harus ku tumpahkan dihadapanmu. Rasanya, aku tak ingin jauh saat kau seperti itu. Aku ingin selalu berada disampingmu, aku sangat berharap kala itu aku akan menemukan senyumanmu kembali menghiasi wajahmu yang cantik. Hanya do’a dan harapan yang memenuhi fikiranku kala itu. Aku sangat berharap aku bias menjemputmu pulang kembali kerumah, yang kau rindukan. Dengan senyum serta canda tawamu. Aku sangat berharap menikmati kembali cita rasa masakanmu yang istimewa, belajar membuat cake kesukaanku dan menciptkan berbagai resep baru dari berbagai bungkus bumbu dapur.
Tapi, itu semua hanya mimpi yang tak lagi jadi nyata. Aku tak bisa menjeputmu pulang dengan canda tawa. Karena, kau telah diantar oleh isak tangis. Kau memang pulang saat itu. Tetapi, kau tak pulang dengan seutuhnya. Jasadmu begitu dingin, senyumanmu begitu pucat dan tak ada satu katapun yang kau berikan untukku. Walau saat itu kau tetap terlihat cantik namun air mata ku tak mampu merelakanmu untuk tinggal disana, ditempat yang abadi yang telah ditentukan olehNya ketika waktu kita telah habis di dunia fana ini.
Ibu... aku merindukanmu mungkin seperti rasa rindu mentari dengan sang bulan yang tak bisa dipertemukan dalam satu waktu. Tapi, aku sangat yakin dan berharap jika nanti waktu itu telah tiba Allah swt akan mempertemukan kita dan takkan memisahkan kita layaknya sepasang mata yang selalu searah. Begitupun kita.
Aku selalu berdo’a semoga disana kau berada ditempat terindah disisiNya. Karena, akupun disini baik – baik saja seperti yang kau lihat dari atas sana.. hanya ada 1 hal yang bisa membuatku sedih, yaitu saat ku menginggat kebersamaan kita dulu. Aku mrindukanmu lebih dari kata rindu itu sendiri, pasti kau pun merasakan hal yang sama seperti yang saat ini ku rasa..
Ibu.. aku selalu menunggu senyum terbaik darimu, dan jadilah bintang yang bercahaya paling terang yang menghias penuh pesona dilangitNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar